Senin, 26 Mei 2014

Papa, Kembalikan Tangan Ita....



Sebuah kisah untuk dijadikan pengalaman sebagai pelajaran.
Sebagai orang tua kita patut juga menghalangi perbuatan pasangan untuk memukul sang buah hati. Khususnya pada anak-anak yang masih kecil dan tak tah
u apa-apa. Mengajar dengan cara memukul bukanlah cara terbaik.
Begini kisah nyatanya:
Sepasang suami isteri seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak untuk diasuh pembantu rumah ketika mereka bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan berusia tiga setengah tahun. Sendirian di rumah, dia sering dibiarkan pembantunya yang sibuk bekerja.
Dia bermain diluar rumah. Dia bermain ayunan, berayun-ayun di atas ayunan yang dibeli papanya, ataupun memetik bunga matahari, bunga kertas dan lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dia pun mencoret semen tempat mobil ayahnya diparkirkan tetapi karena lantainya terbuat dari marmer, coretan tidak kelihatan. Dicobanya pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, coretannya tampak jelas. Apa lagi kanak-kanak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Hari itu bapak dan ibunya mengendarai motor ke tempat kerja karena jalan macet. Setelah sang anak mencoret penuh sisi yang sebelah kanan dia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikuti imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari si pembantu rumah.
Pulang petang itu, terkejutlah ayah ibunya melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan angsuran. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, “Kerjaan siapa ini?” Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya.
Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘Tak tahu… !” “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?” hardik si isteri lagi. Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata “Ita yg membuat itu papa…. cantik kan!” katanya sambil memeluk papanya ingin bermanja seperti biasa. Si ayah yang hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon bunga raya di depannya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya.
Si anak yang tak mengerti apa-apa terlolong-lolong kesakitan sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya. Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa? Si bapak cukup keras memukul-mukul tangan kanan dan kemudian tangan kiri anaknya.
Setelah si bapak masuk ke rumah dituruti si ibu, pembantu rumah menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar. Dilihatnya telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiram air sambil dia ikut menangis. Anak kecil itu juga terjerit-jerit menahan kepedihan saat luka-lukanya itu terkena air. Si pembantu rumah kemudian menidurkan anak kecil itu. Si bapak sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah.
Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu. “Oleskan obat saja!” jawab tuannya, bapak si anak. Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si bapak konon mau mengajar anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu tetapi setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Ita demam…” jawap pembantunya ringkas.”Kasih minum obat penurun panas ,” jawab si ibu.
Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Ita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya. Memasuki hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Ita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik” kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan ia dirujuk ke hospital karena keadaannya serius. Setelah seminggu di rawat inap doktor memanggil bapak dan ibu anak itu.
“Tidak ada pilihan..” katanya yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu diamputasi karena gangren yang terjadi sudah terlalu parah.
“Tangannya sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya kedua tangannya perlu dipotong dari siku ke bawah” kata doktor.
Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yang dapat dikatakan. Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si bapak terketar-ketar menandatangani surat persetujuan pembedahan.
Keluar dari bilik pembedahan, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga heran melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata.
“Papa.. Mama… Ita tidak akan melakukannya lagi. Ita tak mau dipukul papa. Ita tak mau jahat. Ita sayang papa.. sayang mama.” katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya.
“Ita juga sayang Kak Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuatkan gadis itu meraung histeris.
“Papa.. kembalikan tangan Ita. Untuk apa diambil.. Ita janji nggak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Ita mau makan nanti? Bagaimana Ita mau bermain nanti? Ita janji tdk akan mencoret-coret mobil lagi,” katanya berulang-ulang.
Serasa copot jantung si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi, tiada manusia dapat menahannya.

Teman-teman, pelajaran berharga apa yang dapat kita petik dari kisah nyata ini,
silahkan LIKE dan tulis komentar Anda lalu share kepada orang-orang disekitar Anda, agar hal yang sama tidak terjadi di keluarga lain.

ANAMNESA IBU HAMIL





NO
BUTIR YANG DINILAI


A
SIKAP DAN PERILAKU

1
Menyambut dan memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga dengan sopan dan ramah

2
Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan

3
Merespon reaksi pasien dengan tepat dan kontak mata

B
ISI

4
Menanyakan identitas klien dan suami/ penanggung jawab

Menanyakan dengan lengkap, minimal terdapat 7 pertanyaan inti, melipui: nama, usia, agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat

5
Menanyakan keluhan utama klien atau alasan kenapa klien berkunjung.

Menanyakan keluhan utama klien/ keluhan yang menyebabkan klien ingin datang ke pusat pelayanan kesehatan. Bisa juga ditanyakan alasan berkunjung

6
Menanyakan riwayat menstruasi yang terdiri atas usia menarche, siklus, lamanya, karakteristik, banyaknya, dan masalah menstruasi

7
Menanyakan riwayat perkawinan (kawin ke…., umur menikah, lama menikah)

8
Menanyakan riwayat KB tentang jenis, tanggal/tahun pasang, dimana, oleh siapa, keluhan, tanggal/tahun lepas, dimana lepas, siapa yang lepas, alasan lepas

9
Menanyakan tentang kehamilan dan persalinan yang lalu, meliputi: jumlah kehamilan dan persalinan, kapan, dimana, penolong, jenis persalinan yang dilakukan, perdarahan, perineum robek spontan/ episiotomi, masalah nifas

10
Menanyakan keadaan bayi yang lalu meliputi: jenis kelamin, berat badan lahir, minum ASI, minum susu tambahan, adakah masalah khusus

Masalah khusus, yaitu komplikasi pada BBL yang terjadi saat/pasca persalinan

11
Menanyakan tentang kehamilan sekarang meliputi usia kehamilan, HPHT, HPL, gerakan janin, tanda bahaya dan penyulit, imunisasi, obat yang dikonsumsi/ jamu, periksa hamil tiap TM, keluhan tiap TM dan penanganan yang telah diterima, kekhawatiran khusus atau keluhan lain yang dirasakan selain keluhan utama

Saat menanyakan HPHT gunakan bahasa yang mudah dipahami klien. Ajak klien menghitung bersama-sama UK dan HPL. Pertanyaan disesuaikan dengan UK.

12
Menanyakan riwayat penyakit (Penyakit yang sedang/pernah diderita, alergi obat, penyakit keluarga, keturunan kembar)

Sakit yang sedang dan pernah diderita klien (penyakit obstetri dan gynekologi), sedang mengkonsumsi obat atau alergi obat-obatan tertentu. Riwayat penyakit keluarga dari pihak klien dan suami klien, dan riwayat keturunan kembar.

13
Menanyakan pola nutrisi makan dan minum sebelum dan selama hamil, frekuensi, macam, porsi, pantangan, keluhan.

14
Menanyakan pola eliminasi BAB dan BAK sebelum dan selama hamil, frekuensi, warna, bau, konsistensi, keluhan.

15
Menanyakan tentang personal hygine ; mandi, gosok gigi, keramas, ganti pakaian.

16
Menanyakan pola aktivitas, istirahat, dan tidur siang malam, kegiatan sehari-hari,

17
Menanyakan pola seksualitas frekuensi perminggu, keluhan

Pertanyaan no 13-17 masuk dalam pola kebutuhan sehari-hari. Ditanyakan sebelum dan selama kehamilan klien.

18
Menanyakan kebiasaan-kebiasaan yang merugikan kesehatan merokok, minum jamu, alcohol, obat-obatan

19
Menanyakan pola psikososial (respon ibu serta keluarga terhadap kehamilannya, kegiatan social, spiritual (kegiatan ibadah), ekonomi, kecukupan penghasilan keluarga untuk kebutuhan rumah tangga.

20
Menanyakan apakah ibu minum tablet Fe, caranya, obat-obatan lain, dan pengetahuan ibu terhadap ANC (persiapan persalinan “jika TM III” ; biaya, tempat, penolong, transportasi, donor)

21
Menanyakan tentang lingkungan yang berpengaruh terhadap kehamilan serta ada tidaknya hewan peliharaan

C
TEKNIK

22
Teruji menanyakan secara sistematis

23
Teruji menggunakan bahasa yang mudah dimengerti

24
Menjaga privasi klien